LEGENDA WONOSOBO


Membuka Hutan Membuka Cerita
Sejarah berdirinya kota Wonosobo terkait erat dengan perkembangan kekuasaan Mataram Islam pada abad ke-17 atau sekitar tahun 1600-an. Ketika itu Wonosobo masih berupa kawasan hutan belantara. Lalu pada suatu ketika datanglah tiga orang pengelana bernama Kyai Walik, Kyai Karim dan Kyai Kolodete.
Mereka bersama dengan sanak saudaranya mulai merintis suatu pemukiman di daerah Wonosobo. Mereka memulai membuka hutan dan mengubahnya menjuadi tempat pemukiman serta lahan pertanian sebagai sumber penghidupan mereka.
Dalam perkembangan sejarahnya ketiga Kyai tersebut bermukim ditempat yang berbeda-beda. Kyai Kolodete bermukim di daerah Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim bermukim di daerah Kalibeber, sedangkan Kyai Walik bermukim di kota Wonosobo sekarang ini.
Kyai Karim dianggap sebagai tokoh peletak dasar-dasar pemerintahan dan sekaligus dianggap sebagai ulama yang merakyat. Kyai Walik dianggap sebagai tokoh perancang kota.
Setelah para Kyai tersebut bertempat tinggal di wilayah itu maka mulailah terjadi perkembangan baru. Para pendatang makin banyak yang berdatangan dan semakin terkenallah daerah kita ini dengan nama Wonosobo. Menurut peristilahannya, Wonosobo berasal dari dua kata yaitu wono yang berarti hutan dan sobo yang berarti mengunjungi. Jadi kata Wonosobo kurang lebih berarti kawasan hutan yang banyak dikunjungi.
Ini merupakan kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi, lebih-lebih setelah ditemukannya candi-candi Hindu oleh HC. Cornelius pada tahun 1814, sejak itu pula Wonosobo semakin terkenal. Hingga sekarang, Wonosobo masih menjadi daerah kunjungan para turis, baik domestik maupun asing. Disamping ingin menkmati keajaiban dan keindahan Dataran Tinggi Dieng mereka juga melakukan berbagai penelitian ilmiah.
Secara geografis, Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi terluas di Jawa. Keindahan dan pesona alamnya sangat khas dan tidak disamai oleh daerah lainnya di Jawa Tengah. Pegunungan, kawah, danau, lembah dan hampatran lahan pertanian memberikan citra tersendiri bagi Dieng.
Secara sosuologis, masyarakatnyapun sangat ramah. Hal ini memberikan suasana keakraban sehingga para pengunjung akan merasa nyaman seperti tinggal dirumah sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar